Calon Bayi Juga Butuh Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu usaha untuk menyampaikan pikiran, keinginan maupun perasaan terhadap orang lain agar terjadi suatu efek maupun perubahan yang hendak dicapai. Di dalam kehidupan ini setiap orang melakukan yang namanya komunikasi, tidak mungkin tidak terjadi komunikasi apabila masih ada kehidupan di muka bumi ini. Komunikasi terdiri atas 2 macam, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal.

Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang sehari-hari dan setiap saat kita temui, yaitu berbicara menggunakan suara. Antar satu orang dengan orang yang lain saling mengemukakan apa yang diinginkan melalui obrolan, baik itu obrolan ringan maupun serius. Obrolan antar tetangga, antar suami dan istri, serta antar orang tua dengan anak-anak mereka.

Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang dilakukan melalui bahasa tubuh seperti lambaian tangan, usapan, mimik wajah serta kerlingan mata. Biasanya komunikasi non verbal ini digunakan bersamaan dengan komunikasi verbal di saat-saat tertentu untuk menguatkan apa yang disampaikan, seperti anggukan kepala untuk menguatkan pernyataan ‘iya’, memalingkan muka untuk menguatkan bahwa seseorang tidak suka atau tidak setuju atas sesuatu, dan lain-lain. Komunikasi ini lumrah dilakukan oleh orang-orang di lingkungan kita.

Tetapi bagaimana jika hal tersebut dilakukan terhadap calon bayi yang masih ada di kandungan? Apakah

komunikasi pada debay

efektif dan berpengaruh? Sebagian calon orang tua menganggap sepele dalam urusan membangun komunikasi dengan calon bayi mereka walaupun di era sekarang sudah banyak orang tua yang menyadari pentingnya komunikasi terhadap calon bayi mereka, salah satunya mengikat hubungan antar orang tua dengan anak mereka kelak.

Calon bayi yang berada di rahim seorang ibu seyogianya sudah bisa mendengar dan merasakan apa yang terjadi di luar rahim. Sejak usia kehamilan ibu memasuki usia enam bulan, sel-sel yang sudah membelah mulai berfungsi sedikit demi sedikit. Calon bayi sudah bisa mendengar suara yang berasal dari luar rahim, sel-sel saraf sudah semakin kuat sambung menyambung membentuk suatu sistem informasi yang akan diteruskan ke otak. Sehingga, ketika calon bayi mendengar suara-suara dari luar rahim, maka otaknya sudah mulai bekerja mencerna dan menangkap apa yang disampaikan. Bahkan, ‘transfer’ perasaan juga sudah terjadi di masa ini. Ketika ibu sedang bahagia maka calon bayi juga akan mem

 

berikan responnya begitu juga seb

 

 

aliknya ketika ibu sedang bersedih maka calon bayi juga bisa merasakan apa yang sedang ibu rasakan.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk berk

omunikasi dengan calon bayi, antara lain mengelus-ngelus perut sambil bicara seakan-akan kita bertatap langsung dengan calon bayi, menjaga emosi calon ibu, ‘melaporkan’ aktivitas apa yang sedang kita lakukan, memperdengarkan musik-musik lembut, serta membacakan cerita maupun kisah yang bisa kita ambil dari buku. Beberapa cara tersebut bisa membuat reflex bayi seperti tendangan dan gerakan akan lebih terasa oleh ibu karena itu pertanda bahwa calon bayi sedang merespon apa yang kita lakukan.

Nah, bagaimana? Apakah akan semakin bersemangat untuk mengajak calon bayinya berkomunikasi??? 🙂